Cita-cita saya banyak sekali. Sejak kecil sampai sekarang selalu berubah-ubah. Dulu waktu kecil saya ingin jadi seorang Ustadz, alasannya ya enak aja mengajar masyarakat. Cita-cita saya waktu masih kecil itu sekarang masih ada, dan akan tetap ada, tapi saya merasa kurang pantas untuk itu, karena merasa banyak dosa. Cita-cita itu sebenarnya sangat saya inginkan, begitu juga dengan kedua orang tua saya, apalagi kakek saya. Waktu saya kecil  dulu, kakek sering mengatakan kalau kelak saya akan menjadi seorang ustadz. Dari kecil, saya ingin bersekolah di sekolah agama. Lulus SD saya minta disekolahkan di Pesantren, tapi orang tua tidak mengijinkan dengan alasan saya masih terlalu kecil, akhirnya dengan berat saya masuk di SMP Negeri. Orang tua saya janji akan menyekolahkan saya di pesantren setelah lulus dari SMP. Tiga tahun kemudian saya lulus SMP, Ibu saya ingin saya melanjutkan di pesantren, tapi malah saya yang tidak mau. Saya menolak, dan lebih memilih SMA Negeri juga. Alasan yang paling mendasar adalah karena saya tidak mau meninggalkan ibu sendiri di rumah.
Sekarang sih, saya lagi cinta banget sama fisika, saya bercita-cita ingin jadi seorang fisikawan terkenal nantinya. Saya suka banget (banget yang Buuuangett) sama fisika karena didalam fisika saya seolah-olah sudah menemukan arti hidup. Susah dijelaskan memang apa yang sudah saya rasakan terhadap ilmu yang namanya fisika. Tapi intinya, fisika itu adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari semua masalah kehidupan, tanpa terkecuali. semua bidang ilmu berhubungan dengan fisika, dan bisa dijelaskan secara fisika. Semua hal bisa dihitung dengan fisika (kecuali banyaknya nikmat Tuhan). Tapi sayang sekali, asumsi kebanyakan masyarakat kita (khususnya para siswa) banyak yang keliru, tidak sedikit dari mereka menganggap fisika itu menyeramkan, mereka hanya memandang fisika sebagai sebatas ilmu yang terpaku pada rumus, padahal sesungguhnya sama sekali tidak demikian. Orang-orang yang mengatakan tidak suka terhadap fisika adalah orang-orang yang tidak menyadari kalau sebenarnya yang mereka sukai adalah fisika, ya fisika dalam tampilan yang lain. Suatu saat saya berharap bisa menjadi fisikawan besar yang mendunia seperti Einstein dan Newton.
Cita-cita selanjutnya adalah ingin menjadi seorang penulis yang professional. Saya suka menulis dan saya berharap lewat hobi saya itu bisa mengajak orang lain untuk membuat suatu perubahan. Saya ingin ikut dalam politik (pemerintahan) lewat tulisan, saya juga ingin ikut menyelesaikan masalah-masalah sosial yang sedang terjadi dan setelah melalui tulisan saya harap banyak orang yang akan membantu untuk ikut dalam perbuatan.
Selain ingin menjadi fisikawan dan penulis, saya juga mempunyai cita-cita menjadi seorang pengusaha. Saya ingin membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, mengingat sekarang banyaknya pengangguran, setiap tahun puluhan ribu sarjana lulus dan hanya sebagian kecil yang mendapat pekerjaan. Bisa di bayangkan bagaimana ketatnya persaingan kerja di era modern ini, yang lulus kuliah saja banyak yang menganggur apalagi yang tidak kuliah, apalagi yang hanya lulus SMA. Ini merupakan suatu keperihatinan. Dan tentu saja ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, karena menyediakan lapangan pekerjaan untuk sekian juta penganggur itu bukan suatu hal yang mudah, diperlukan peran dari semua kalangan untuk membantu. Saya berharap suatu saat bisa menjadi penulis yang mendunia.
Cita-cita yang lain adalah menjadi dokter. Ya menjadi dokter yang baik tentunya. Dunia kedokteran sudah lumayan akrab dengan saya, Ayah saya sakit selama 11 tahun sejak saya berusia sekitar 2 atau 3 tahun. Ayah saya mengidap penyakit jantung. Beliau sering keluar masuk rumah sakit dan saya selalu ikut dulu. Jadi saya cukup sering bertemu dengan yang namanya dokter.
Hal yang menginspirasi saya untuk menjadi dokter yang baik adalah karena sekarang banyak dokter yang bajingan (mohon maaf) tapi tidak semua. Saya menyebutnya demikian karena banyak dari mereka itu melakukan pemerasan terhadap masyarakat. Jadi mereka menyakitkan orang yang sudah sakit dengan banyaknya biaya yang harus dibayar, padahal yang dikerjakan cuma hal-hal yang tidak seberapa. Selain itu, mereka juga enggan melayani masyarakat yang menggunakan kartu kurang mampu. Ini tidak hanya terjadi di kota, di desa-desa pun sudah marak. Karena kebanyakan dari orang desa adalah orang yang kurang mengerti tentang kesehatan, mudah bagi dokter (tidak semua) untuk menipu. Saya tahu itu karena saya tinggal di tengah-tengah masyarakat yang kebanyakan dibodohi oleh dokter. Di desa itu, dokter dengan mudah dan gampangnya memvonis seorang terkena suatu penyakit berbahaya. Tanpa melalui pemeriksaan yang lebih lanjut, sehingga setelah divonis, orang ditakut-takuti akan bahayanya, tidak hanya itu orang pun dilarang pulang dan seolah-olah dipaksa untuk menjalani perawatan disana. Padahal sebenarnya penyakit mereka tidak parah, cukup hanya dengan istirahat saja untuk bisa sembuh. Tapi begitulah dokter yang hanya berorientasi pada uang, rela memeras orang yang sakit. Tapi, syukur tidak semua dokter begitu, masih banyak juga yang dengan kesadaran hati yang ikhlas melayani masyarakat dan bukan karena uang.
Suatu saat, ketika saya menjadi dokter saya ingin membuat sebuah organisasi kedokteran seluruh Indonesia. Yang anggotanya ikhlas melayani masyarakat karena panggilan jiwa. Organisasi yang bisa ikut membantu pemerintah mengawasi pelayanan kesehatan di Indonesia.
Cita-cita saya yang lain adalah ingin menjadi astronot. Saya ingin mengelilingi semesta. Saya ingin pergi ke planet lain untuk melihat kebesaran Tuhan yang lain.
Itulah beberapa cita-cita yang bisa saya tuliskan, walaupun banyak tapi intinya hanya satu, yaitu saya berkeinginan untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara, serta semua yang ada di alam semesta ini. Saya ingin memberikan arti hidup saya, karena saya tahu dan saya menyadari bahwa saya tidak hidup untuk selamanya, hidup saya hanya sementara, dan saya ingin memanfaatkan waktu yang sebentar itu untuk kebaikan sesama.

PS: Hari ini, Rabu 06/02/2013, Saya dan teman-teman tim cerdas cermat empat pilar berbangsa dan bernegara SMAN 1 Aikmel mengikuti uji coba di SMAN 1 Sukamulia, dan hasilnya Alhamdulillah, mendapat juara II, beda 15 point dari Tuan Rumah. Terimakasih kawan semua atas kerjasama dan dukungannya. Keep spirit…!

0 komentar:

Post a Comment

 
Top