Hai sahabat semua.. kali ini aku akan menceritakan pengalaman menyedihkan, mengharukan, memalukan, dan me----kan yang lainnya… tragedi ini merupakan rangkaian awal dari banyak tragedi-tragedi lainnya yang aku alami saat baru masuk sekolah, yang nanti akan aku ceritakan di post selanjutnya…………………………………..
Well, langsung saja menuju TKP… cekidot..
TRAGEDI 07-07-2011: PAGI
Hari itu adalah hari pertama MOS dimulai. Jadi aku bangun pagi-pagi sekali, ga seperti biasanya. setelah shalat terus mandi. Aku kemudian mempersiapkan semua keperluan yang akan
aku bawa berjuang. Jarum jam paling pendek menunjuk angka 6, jarum yang lebih panjang terus berlari dan berputar, sedangkan jarum yang sedang-sedang itu sudah menunjuk angka 5 (DIBACA: Jam 06.05). aku mengambil tas kesayangan yang selama ini setia menemaniku dari SMP. Didalam tas itu ada, sebotol air, roti yang aku lupa mencatat namanya, dan tak ketinggalan cokelat. dengan semangat yang membara dan berkobar, aku kemudian pamit kepada orang tua tercinta..
“Bunda, do’akan anakmu semoga selamat dalam perjuangan” (dalam hati)
dedi dores (dengan di iringi doa restu) kemudian melangkah keluar..
Karena ga mau di anterin, aku lalu berangkat sendiri. Matahari saat itu belum menampakkan wajahnya (DIBACA: masih gelap)… aku lalu mengayuh motor(#emg bs?? #abaikan).
Perlu diketahui, saat itu aku belum bisa naik motor apalagi yang pake kopling, hahaaa, jadi naik motor saat itu hanya bermodalkan gengsi and sok bisa.. ditengah jalan, jantung ga bisa berhenti berdetak (iya-iyalah).. maksudnya itu, deg-deg-an karena takut..
20 menit Setelah menembus dinginnya pagi yang membuat darah terasa beku (cailah, bahasanya), akhirnya nyampe depan sekolah dengan selamat. Aku yang saat itu belum bisa 100% naik motor, bingung bagaimana cara nyebrangnya. Setelah ingat-mengingat cara orang, akhirnya aku putuskan untuk berhenti dulu ditepi jalan. Niatnya sih, pas nunggu sepi, trus nyebrang. But, lamaaaaaaaaaa banget nunggu, tuh jalan kok ga sepi-sepi ya.. tapi aku masih sabar menunggu, karena aku masih ingin hidup. Beberapa saat kemudian, jalan itu mulai agak sepi, dari barat kulihat sepi, dari timur juga sepi hanya ada sebuah mobil angkot yang lumayan jauh. Dan kini tiba saatnya untuk nyebrang. Dengan ekstra hati-hati, liat kiri kanan dulu. Eh parah, aku ga bisa ngebut untuk jarak sedekat ini, takutnya ntar lolos lagi ke parit depan sekolah. Akhirnya dengan santai aja kayak keong aku nyebrang, dan tiba-tiba “BRUKKKKKK”…… HUUAAAAAAA,,, Aku ditabraak……. ditabrak oleh seorang ojek yang sedang melaju dari timur…………
Akupun jatuh dan tak berdaya ditindih motor.. iyalah, giman mau berdaya, ngangkat motor aja ga bisa. #PARAH.. tapi untungnya waktu itu pake helm, dan syukur aku ga kenapa-napa… karena tak berdaya untuk bangun, akupun tidur ditengan jalan sebentar untuk melanjutkan tidur smalem tertunda (LEBUYYY). Akhirnya, setelah beberapa saat kemudian, datanglah beberapa orang untuk menolong. Aku dibangunkan dan di bawa ke pinggir. Setelah di pinggir, kulihat ojek yang nabrak aku tadi, jarinya berdarah, Cuma sedikiiiitt, eh dia minta ganti rugi… #HAAAAAAAAAAA…. Waktu itu aku belum kenal siapa-siapa lagi, ini kan hari pertama sekolah.
Aku: pak maaf dah, aku ga bawa uang…
Ojek: pokoknya saya mau ganti rugi, kamu harus kasi obat. Atau kalo ga, kita selesaikan dikantor polisi aja sekarang…
Aku: (Sialan nih ojek… pake ngancam segala lagi) Yaaaaa jangan pak, saya cari’in obat di dalem aja ya.. (dlm sekolah maksudnya)
Kami lalu masuk kedalam sekolah, eh tau-taunya masih sepi…. #uhhh,pngen bnuh diri
Aku: pak masih sepi nih, nanti aja ya pas pulang ini hari pertama saya (dengan suara mengiba… kasihanilah akuuuu)
Ojek: ayo dh ikut ke kantor polisi..
Aku: yaa jangan dong pak. Ini hari pertama aku masuk sekolah (muka kayak kambing yang akan dikurban)
Ojek: ayo ikut…
Aku: pak plisss pakkk… pliiis… ya udh pak, ni bawa hp ku aja.. ntar setelah aku kerumah bapak, nama bapak siapa? Rumah bapak dimana? Nomor hp bapak berapa? (suara sedih)
Sialaaaaaannn.. udah ngeluarin jurus memohon paling ampuh, tapi tetep aja ga bisa..
#Lanjut…. Disini kita sebut saja nama ojek itu, ojek berjaket-kulit (OB)
Ojek: nama bapak OB, rumah di mamben. Tanya aja, semua pengojek di pertiga’an sana kenal sama saya..
Mendengar itu #HuUuUwEeKKk langsung pengen muntah, sook terkenal lagi.. dasar ojek yang tidak berperikeOJEKan..
Dia lalu mengambil hpku, dan kemudian pergi…..
#HHHHHHHH menghembuskan tarik nafas, seperti terlepas dari semua masalah, padahal nantinya aka nada ‘kemarahan-kemarahan’ yang ga kalah parah yang bakal aku terima setelah pulang dan kasi tau kakak dan orang tua.
Created By: Rowi Alfata
0 komentar:
Post a Comment